Senin, 18 April 2011

Gita Gutawa feat Delon - Your Love

every time i close my eyes
and say my prayer at night
i thank God each day for your love
that gives me wings to fly up high
to reach my dream aim for the sky
you always said
your head up high
smile on your face and wish
that you will always be loved
the stars will lead you every step you take
don’t you ever be afraid
believe in you
and I’ll be there to guide you wherever you may go
thank you for your love, forever
when I am down and the things go wrong
the world against me too
I close my eyes and think of you
and knew what you would say now
your head up high
smile on your face and wish
that you will always be loved
the stars will lead you every step you take
don’t you ever be afraid
believe in you
and I’ll be there to guide you wherever you may go away
giving me my wings to fly high

http://www.youtube.com/watch?v=qt8Y-fbP7cM

Selasa, 12 April 2011

Melukis Pelangi OSD


Aku masih terbawa suasana Mekkah, juga Madinah kota Nabi Muhammad SAW. Beberapa hari yang lalu aku menjalankan ibadah Umroh.  Pengaruh yang utama paling aku rasakan adalah aku ingin fasih berbahasa Arab. Aku ingin menghafal kalimat Allah SWT sekaligus mengerti akan maknanya. Lalu aku menambah referensi buku yang aku ingin beli yaitu buku belajar berbahasa Arab.

Kembali teringat untuk mencari buku Melukis Pelangi oleh Oki Setiana Dewi yang launching tanggal 12 Maret 2011. Pergi ke toko buku di dekat kampusku dan ternyata aku belum menemukan buku itu. Aku berpikir mungkin belum saatnya. Sang percetakan mungkin sedang kewalahan memenuhi pesanan toko buku. Agak kecewa, tapi aku tidak ambil pusing. Karena aku memperoleh buku untuk belajar berhasa Arab. Hehe.. 

Sekitar 2 minggu setelah itu aku kembali ke toko buku untuk mencari buku-buku keperluan kuliah. Senangnya semua buku yang aku cari bisa aku dapatkan. Dan lebih senangnya lagi aku mendapatkan buku ‘Melukis Pelangi’ Oki Sediana Dewi. Tak pikir panjang, aku langsung ke kasir karena memang semua buku yang aku cari sudah kudapat. Sepertinya, memang saat inilah waktu yang tepat. Batuk oleh-oleh dari sepulang umroh sudah reda. Jadi, aku bisa membaca buku ini tanpa interupsi dari sang batuk. 

Melihat sekilas isi buku Melukis Pelangi, aku terpana bab-bab terakhir tentang perjalanan ke tanah suci. Aku langsung membacanya dan mengamini kata-kata Oki didalam bukunya. Suasana mekah dan madinah yang dibambarkan Oki, telah mengembalikan suasana itu ke dalam ingatanku. Senang rasanya membaca suasana syahdu Mekkah-Madinah yang dapat terekam dari susunan kata-kata Oki. Bila merindukan Mekkah-Madinah aku bisa membaca lagi dan lagi kalimat Oki di bukunya ‘Melukis Pelangi’. 

Keesokannya aku ‘mengkhatamkan’ buku ‘Melukis Pelangi’. Penulisan buku yang berlangsung selama 4 bulan dan pengalaman Oki selama kurang lebih 5 tahun itu terangkum di dalam bukunya. Bahkan sekejap saja perjalanan hidup itu bisa kita baca. Terima kasih untuk Oki Setiana Dewi yang telah berbagi peristiwa hidupmu. Engkau sudah berada di jalur yang tepat. Senang melihatnya dan selalu doa untuk engkau saudariku agar selalu diberi kesehatan untuk menjalankan semua aktivitasmu. Amin.  

Part 2 Semester kedua lagi + Umroh


Semester baru, suasana baru memberikan harapan untuk menghasilkan karya lebih banyak. Semangat itu mengawali semester kedua kuliah. Kabar menyenangkan juga terdengar bahwa kami sekeluarga akan berangkat Umrah sekitar akhir bulan Februari atau awal bulan Maret. Bagai senandung lagu yang mengalun dari sang pecinta merindukan kekasihNya. Semua hal mengenai Umrah menjadi perbincangan hangat dalam keluarga.

Semua rencana adalah usaha hambanya. Namun, yang mengizinkan rencana itu terwujud hanyalah Allah SWT. Setelah satu bulan kuliah berjalan masih ada perubahan tentang jadwal berangkat Umrah. Yang pada akhirnya beberapa hari sebelum manasik, kami sekeluarga dikabarkan belum bisa berangkat sesuai jadwal. Dikarenakan penerapan sistem baru kedutaan Saudi di Jakarta, sehingga paspor adik paling kecil tidak terbaca. Hasilnya adalah visa belum keluar. Pilihan yang muncul adalah mengajukan kembali paspor untuk membuat visa mudah-mudahan bisa keluar. Atau pilihan lain dengan menjadwal ulang keberangkatan Umroh.

Pengalaman ini mengajarkanku keikhlasan. Semoga pesan yang ingin aku sampaikan bisa terwakilkan melalui kata-kata ini. Keikhlasan itu harus didasari oleh usaha yang maksimal sesuai kemampuan dan penyerahan kepada Allah SWT atas apapun yang akan terjadi. Sungguh karena berdekatan dengan  tanggal keberangkatan itu banyak kegiatan yang juga ingin aku hadiri. Aku masih dengan kegalauanku berpikir sempit dengan rencana-rencana diri sendiri. Bagaimana kalau berangkat tanggal sekian pastilah aku akan begini.. akan begitu.. bla..bla.. Pikiran yang aku sebut ‘bertele-tele’ itulah yang sesungguhnya menguji kesungguhanku untuk beribadah. Kesungguhan untuk berniat dan segala yang akan terjadi atas kehendak-Nya. 

Syukur Alhamdulillah kata itu terucap. Allah SWT telah memberikan izin-Nya, kami sekeluarga berangkat Umrah tanggal 10 Maret 2011. Pengalaman yang sangat berharga bisa menginjakkan kaki di tanah Nabi. Beribadah kepada Allah SWT untuk menghadap di rumah-Nya. Dimana semua makhluk-Nya dari berbagai tempat datang mendekat ke rumah-Nya dan saling bersilaturahmi satu sama lain. Tak ada penghalang untuk berdiri berdampingan melaksanakan sholat berjamaah. Mengucurkan airmata, tersedu-sedu meminta pengampunan berdoa agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitarnya.

Mundurnya jadwal keberangkatan dari tanggal 6 Maret menjadi 10 Maret merupakan peristiwa special buatku. “Kenapa kita tidak berangkat bersama teman-teman rombongan, ya? Padahal ingin rasanya mengucap talbiyah bersamaan.” Ya, aku jawab pertanyaan adikku itu dengan singkat, “Karena kita special”. Aku ucapkan hal itu sebagai doa bahwa keberangkatan ini benar-benar menjadi hal yang special. Special itu aku rasakan ketika keberangkatan dari Jakarta yang langsung menuju Jeddah kemudian dilanjutkan ke Makkah dan langsung Umroh. Alhamdulillah.. aku bersyukur akan hal ini.

Perasaan rindu ketika membayangkan akan berangkat ke rumah-Nya semakin menjadi ketika melihat Ka’bah. Haru meliputi hati yang kecil ini, terasa kecil raga ini ditengah-tengah lautan manusia. Kembali hati ini merindu.. rindu akan syurga-Mu Ya Robb. Sekian banyak manusia berdoa dan meminta, adakah tempat buatku untuk ikut ke syurga-Mu. Berikan tempat buatku di syurga-Mu. Tak terasa airmata menetes, aku sudah merasa rindu untuk berada dalam tawaf ini bahkan sebelum aku pulang ke tanah air. Apa jadinya apabila nanti aku sudah pulang? Aku akan sangat..sangat..sangat.. merindu..

Allahu Akbar… Allah Maha Besar..



Sekembalinya ke tanah air, maka aku kembali beraktivitas. Beraktivitas seperti biasa dan kecemasan yang sebenarnya tidak perlu aku pikirkan memang benar adanya. Ada beberapa dosen yang tidak melangsungkan kuliahnya sehingga aku tidak terlalu banyak tertinggal. Teman-teman kuliah juga membantu meminjamkan materi kuliah kepadaku. Hatiku yang tertata apik semakin siap menghadapi kehidupan ini. Perubahan kecil selalu aku usahakan setiap harinya. Hingga suatu saat dengan rentang waktu yang tidak lama, aku bisa bersikap lebih baik. Ayo, kuliah lagi..cari ilmu lagi yang banyakkk…

Part 1 Semester pertama lagi


Berawal dari diterimanya diriku kuliah ekstensi S1 di kampus yang membanggakan Indonesia. Nggak sadar kalau selain ilmu yang melimpah, tapi bisa berteman dengan banyak orang yang hebat-hebat. Kagum dengan keberagaman karakter orang-orangnya maupun asal-usulnya. Bagian paling seru adalah karena semua orang bersemangat dan berupaya sungguh-sungguh untuk menggapai mimpinya. Ada teman-teman regular yang mempunyai otak brilian, teman-teman ekstensi yang sarat akan pengalaman kerja dan juga senior yang studi S2 menjadi inspirator tak habisnya membakar semangat yuniornya. Sungguh bersyukurnya hamba merasakan ini semua.

Bila melihat latar belakang ada rasa menyesal memilih pendidikan D3, dan kemudian dilanjutkan S1 rasanya itu adalah hal yang sia-sia. Karena dengan semua yang telah dilalui itulah yang pada akhirnya membawaku ke jalan yang sekarang ditempuh. Subhanallah.. semua adalah skenario Allah SWT.

Semester pertama kuliah banyak sekali cobaan yang datang dalam bentuk yang membahagiakan. Senang sekali menikmati kuliah lagi setelah 1 tahun sebelumnya sekolah pendek tentang Fashion Design. Saat persiapan terakhir show dan wisuda dilakukan disela-sela waktu dalam jadwal kuliah. Di sekolah inilah yang menggali ‘kembali’ kreatifitas dan sifat inovatif. Namun, pada akhirnya rampung juga. Sedih rasanya meninggalkan kelas design dan teman-teman. Nggak terasa waktu 1 tahun itu berlalu begitu cepat.

Suasana kuliah yang dinamis membawaku untuk memilih kegiatan. Ada berbagai seminar dari berbagai fakultas dan informasi lomba-lomba yang selalu menghiasi mading (majalah dinding) kampus. Lalu aku ikuti salah satu lombanya mendesign busana muslim yang diadakan Fakultas Ekonomi. Pengumuman pemenangnya masih 1 bulan lagi, dan aku khawatir tidak bisa menghadiri. Tapi, tak apalah ikut serta berpartisipasi sekedar unjuk gigi soal menang atau kalah urusan belakangan.

Kehawatiran itu menjadi nyata kerena aku berada di 2 pilihan sulit. Mengikuti acara sekaligus mengikuti pengumuman pemenang atau melaksanakan tugas wajibku bersama teman 1 kelompok untuk kunjungan ke luar kota. Lalu aku kabarkan kepada panitia bahwa aku tidak bisa menghadiri. Dari pihak panitia menyatakan diwakilkan saja. Kalau menang tapi tidak ada perwakilan maka hadiahnya hangus. Saat itu masa ujian jadi banyak teman-teman yang belajar untuk ujian. Iya kalu menang bisa berbagi hadiah dengan teman-teman.  Nah kalau kalah, kasihan teman yang sedang belajar untuk ujian. Aku juga memaklumi hal itu. Karena aku mengalami hal yang sama. Waktu sedang tidak berpihak, maka pilihan itu ditetapkan.

Besoknya tak selang beberapa hari. Ada seminar yang bintang tamunya Oki Setiana Dewi dll. Wah, ikutlah. Karena teman-teman satu fakultas ada kegiatan lain, maka aku langkahkan kaki ini sendiri berangkat ke FIB. Pertama kali masuk ke fakultas ini membuatku bersemangat. Sesampainya di ruangan dan aku mencari tempat duduk. Tak menyangka bisa bertemu teman sewaktu sekolah fashion design. O iy, dia kuliah di FIB dan aku baru menyadari kalau OSD juga kuliah disini. Hehe.. singkat cerita, temanku ini mengucapkan selamat karena aku adalah juara ke-2 lomba design beberapa waktu lalu. Ternyata dia juga mengikutinya, dan dia sangat menyayangkan andai ia tahu aku tidak bisa hadir pasti dengan senang hati akan diwakilkan olehnya. Thanks teman.. :) 

Seminar dengan pembicara OSD menjadi penyemangat disela-sela aktivitas kuliah. Melihat secara langsung sosoknya berbicara di panggung telah memberikan gambaran utuh tentang siapa dia sebenarnya. Hal itu menumbuhkan rasa kasih sayang untuk saudariku sesama muslim. Maka, teruslah melangkah menyebarkan semangatmu itu. Gonbate!!! ( *jadi terharu..). Lalu Oki juga bilang sedang menulis buku tentang perjalanannya memilih mengenakan hijab. Mudah-mudahan bisa selesai dan bisa menjadi pengalaman bagi pembacanya. Sejak saat itu aku selalu mencari info, kapankah bukunya akan terbit? “Insya Allah, 2011”, kata Oki menyahut.

Hal-hal baru, pengalaman baru kini menjelma menjadi kebiasaan baru. Persiapan itu sudah terbayang sebelum kuliah. Tapi pada prakteknya, aku mebutuhkan kekuatan lebih untuk menghadapi ini semua. Perlu sikap yang tepat untuk menghadapi semua hal yang ada dihadapan. Aku ingin berada di jalur yang aku impikan. Maka aku sedang mengasah diriku untuk mewujudkannya. Semangat !