Semester baru, suasana baru memberikan harapan untuk menghasilkan karya lebih banyak. Semangat itu mengawali semester kedua kuliah. Kabar menyenangkan juga terdengar bahwa kami sekeluarga akan berangkat Umrah sekitar akhir bulan Februari atau awal bulan Maret. Bagai senandung lagu yang mengalun dari sang pecinta merindukan kekasihNya. Semua hal mengenai Umrah menjadi perbincangan hangat dalam keluarga.
Semua rencana adalah usaha hambanya. Namun, yang mengizinkan rencana itu terwujud hanyalah Allah SWT. Setelah satu bulan kuliah berjalan masih ada perubahan tentang jadwal berangkat Umrah. Yang pada akhirnya beberapa hari sebelum manasik, kami sekeluarga dikabarkan belum bisa berangkat sesuai jadwal. Dikarenakan penerapan sistem baru kedutaan Saudi di Jakarta, sehingga paspor adik paling kecil tidak terbaca. Hasilnya adalah visa belum keluar. Pilihan yang muncul adalah mengajukan kembali paspor untuk membuat visa mudah-mudahan bisa keluar. Atau pilihan lain dengan menjadwal ulang keberangkatan Umroh.
Pengalaman ini mengajarkanku keikhlasan. Semoga pesan yang ingin aku sampaikan bisa terwakilkan melalui kata-kata ini. Keikhlasan itu harus didasari oleh usaha yang maksimal sesuai kemampuan dan penyerahan kepada Allah SWT atas apapun yang akan terjadi. Sungguh karena berdekatan dengan tanggal keberangkatan itu banyak kegiatan yang juga ingin aku hadiri. Aku masih dengan kegalauanku berpikir sempit dengan rencana-rencana diri sendiri. Bagaimana kalau berangkat tanggal sekian pastilah aku akan begini.. akan begitu.. bla..bla.. Pikiran yang aku sebut ‘bertele-tele’ itulah yang sesungguhnya menguji kesungguhanku untuk beribadah. Kesungguhan untuk berniat dan segala yang akan terjadi atas kehendak-Nya.
Syukur Alhamdulillah kata itu terucap. Allah SWT telah memberikan izin-Nya, kami sekeluarga berangkat Umrah tanggal 10 Maret 2011. Pengalaman yang sangat berharga bisa menginjakkan kaki di tanah Nabi. Beribadah kepada Allah SWT untuk menghadap di rumah-Nya. Dimana semua makhluk-Nya dari berbagai tempat datang mendekat ke rumah-Nya dan saling bersilaturahmi satu sama lain. Tak ada penghalang untuk berdiri berdampingan melaksanakan sholat berjamaah. Mengucurkan airmata, tersedu-sedu meminta pengampunan berdoa agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitarnya.
Mundurnya jadwal keberangkatan dari tanggal 6 Maret menjadi 10 Maret merupakan peristiwa special buatku. “Kenapa kita tidak berangkat bersama teman-teman rombongan, ya? Padahal ingin rasanya mengucap talbiyah bersamaan.” Ya, aku jawab pertanyaan adikku itu dengan singkat, “Karena kita special”. Aku ucapkan hal itu sebagai doa bahwa keberangkatan ini benar-benar menjadi hal yang special. Special itu aku rasakan ketika keberangkatan dari Jakarta yang langsung menuju Jeddah kemudian dilanjutkan ke Makkah dan langsung Umroh. Alhamdulillah.. aku bersyukur akan hal ini.
Perasaan rindu ketika membayangkan akan berangkat ke rumah-Nya semakin menjadi ketika melihat Ka’bah. Haru meliputi hati yang kecil ini, terasa kecil raga ini ditengah-tengah lautan manusia. Kembali hati ini merindu.. rindu akan syurga-Mu Ya Robb. Sekian banyak manusia berdoa dan meminta, adakah tempat buatku untuk ikut ke syurga-Mu. Berikan tempat buatku di syurga-Mu. Tak terasa airmata menetes, aku sudah merasa rindu untuk berada dalam tawaf ini bahkan sebelum aku pulang ke tanah air. Apa jadinya apabila nanti aku sudah pulang? Aku akan sangat..sangat..sangat.. merindu..
Allahu Akbar… Allah Maha Besar..
Sekembalinya ke tanah air, maka aku kembali beraktivitas. Beraktivitas seperti biasa dan kecemasan yang sebenarnya tidak perlu aku pikirkan memang benar adanya. Ada beberapa dosen yang tidak melangsungkan kuliahnya sehingga aku tidak terlalu banyak tertinggal. Teman-teman kuliah juga membantu meminjamkan materi kuliah kepadaku. Hatiku yang tertata apik semakin siap menghadapi kehidupan ini. Perubahan kecil selalu aku usahakan setiap harinya. Hingga suatu saat dengan rentang waktu yang tidak lama, aku bisa bersikap lebih baik. Ayo, kuliah lagi..cari ilmu lagi yang banyakkk…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar